Ketika Hidup Harus Dianggap Lebih Serius

Argya Rangga Wicaksono
4 min readDec 31, 2023

--

Semakin lama, hidup ini rasanya semakin singkat. Waktu satu tahun terasa seperti beberapa bulan saja, yang kurasa kemarin baru saja terdengar riuh dan hiruk-pikuk kembang api menyala di langit, malam ini pemandangan itu kembali nampak walaupun Bekasi dan sekitarnya sempat diguyur hujan yang cukup merata.

Aku pribadi tidak menganggap ada sesuatu yang harus dispesialkan ketika kita mengalami pergantian tahun. Ya, sesederhana itu sebenarnya. Lagipun, memangnya apa sih yang berubah? Hanya sekedar tahunnya saja kan? Besok ketika Januari sudah mulai memasuki pertengahan, segala resolusi kita juga paling langsung menghilang seperti koin yang terselip di kantong jaket.

Namun begitu, setiap tahun bagiku punya cerita masing-masing. Jika yang kuingat dari 2022 lalu adalah kepergian Ayah, rasanya hal yang aku ingat dari 2023 ini lebih baik daripada itu. Tetapi ya, banyak bebannya juga sih. Karenanya, aku ingin berbagi disini, bukan hanya agar aku bisa menata proses perjalanan yang lebih baik, tetapi agar aku juga bisa berbagi pelajaran yang kudapat kepada kalian.

Memangnya apa sih yang kamu dapatkan tahun ini, Gy?

Bukankah kamu telah membaca judul tulisan ini sebelum kamu membaca isinya? Ya, benar. Itulah yang aku dapat selama 2023. Kalau boleh mengutip perkataan influencer sih, katanya hidup ternyata sebercanda itu, padahal yang ada malah kebalikannya.

“Seventeen and we got a dream to have a family
A house and everything in between
And then, oh, suddenly we turned twenty-three
Now we got pressure for taking our life more seriously”

Kalian pasti tau, kan, potongan lirik lagu itu? Kalau belum 23 tahun saja sepertinya tekanan hidup sudah berat, wah gimana nanti kalau sudah benar umurnya 23 ya?

Argya yang dulu kalau tahu dirinya bakal jadi seperti ini, kayanya gak akan pernah meremehkan apa yang orang bilang quarter-life crisis deh. Dulu, hal itu kupikir cuma sebatas karangan aja untuk justifikasi kebingungan orang-orang yang belum punya rencana detail di hidupnya. “Emang susahnya bikin life plan tuh apa sih?” kataku dengan sombongnya dulu.

Ketika lingkungan sekitar sudah mendesak kamu untuk berpikir lebih cepat, bergerak lebih hebat, sementara kamu merasa bahwa dirimu masih stuck di tempat kamu berdiri sekarang, bahaya gak sih? Atau mungkin kita ubah pertanyaannya, jadi “wajar gak sih?” Tapi sepertinya aku gak bisa mencari kalimat tanya apa yang tepat untuk menggantikan pertanyaan sebelumnya, mungkin kalian yang punya.

Setelah dilihat lagi, agaknya hidup ini gak bisa dipandang sebelah mata. Tetapi, hidup juga gak bisa kamu khawatirkan terus-terusan. Jadinya harus gimana? Balik lagi ke kita sih, mau jadi apa? Rencananya gimana? Niatnya untuk apa?

Tahun ini aku belajar bahwa ternyata life path orang itu berbeda ya, gak bisa disamain secara persis. Katanya sih ada pengusaha muda sukses pensiun di umur 50 tahun karena hartanya udah cukup, tetapi ada presiden baru naik takhta umur 60 tahun lebih. Kalau begitu, berarti sepertinya kunci untuk kesuksesan itu bukan seberapa cepat dia mulai, dugaanku sih ya gak jauh dari gimana dia bisa memanfaatkan kesempatan yang ia punya.

Poin kedua yang aku pelajari, ternyata kesempatan itu gak akan datang kalau bukan kita sendiri yang menjemputnya. November ini, mimpi aku untuk bisa juara tingkat nasional lagi akhirnya tercapai. Yang awalnya kupikir mimpi dan sudah berusaha aku lepaskan, ternyata datang dari cara yang tak terduga. Dunia dan kehidupan itu baik ya ternyata.

Daripada semakin jauh, kita balik lagi deh ke pembahasan awal, ternyata hidup gak sebercanda itu.

Tahun ini mengajarkan aku untuk bisa merencanakan hidup dengan lebih baik. Jangan terpaku sama pencapaian orang lain, mereka kan gak tahu apa yang kita lalui sekarang. Jangan sampai juga kita terlalu fokus untuk mencari sesuatu yang kelihatannya dekat, padahal bisa jadi itu adalah hal paling jauh yang mungkin kita capai, jadi kesannya kaya kita tuh bisa dapat itu tapi ya gak sekarang aja waktunya.

Sekarang, aku juga mengerti kenapa banyak sekali orang yang ingin sekedar duduk diam tanpa ngelakuin apapun. Karena memang senyaman dan semenenangkan itu ternyata. Aku pun baru sadar bahwa terkadang, hal yang kita butuhkan hanya sekedar waktu untuk berdamai dengan diri sendiri, waktu yang bisa kita pakai untuk berdiskusi dengan hati nurani dan pikiran kita. Kalau kalian belum mencobanya, aku sangat menyarankan kalian untuk menyisihkan waktu. Gak perlu bahas yang berat-berat kok, cukup tanya apa yang saat ini kita rasakan dengan jujur biar pikiran kita bisa kembali kosong memikul beban berat selanjutnya.

Kunci kehidupan itu ternyata satu ya, tenang. Kalau kita gak bisa menenangkan diri sendiri, jangan harap ada keberhasilan yang akan datang menjemput kita. Ketika kita belum bisa berdamai dengan diri sendiri, rasanya sukses itu juga gak mau mendekat ke kita.

Ah, kebanyakan ngomong berdamai nih maksudnya apa sih?

Ya, berdamai saja. Mengerti apa yang kita mau, mengerti tentang bagaimana posisi kita sekarang, mengerti tentang ancaman apa yang datang di sekitar kita. Yang paling penting, mengerti dan menerima bahwa kita sebagai manusia tentu akan punya berbagai macam kekurangan, yang gak perlu ditutupi ke diri kita sendiri. Karena jika kita sendiri belum bisa mengikhlaskan kekurangan itu, gimana kita mau melawannya?

Ohiya, apresiasi diri sendiri juga penting banget ternyata. Sekedar bilang aja ke diri sendiri, “Alhamdulillah hari ini sudah bisa ngelakuin A, besok ayo ngelakuin B,” itu juga udah cukup banget. Kadang kita terlalu mencari validasi dari orang lain, padahal validasi terbaik ya datangnya dari diri sendiri, ketika kita sudah berhasil mencapai titik dimana kita merasa bahwa itu adalah hasil terbaik yang kita peroleh.

Rasanya sudah panjang ya tulisan ini, mungkin kamu juga sudah bosan membacanya.

Pesanku, untuk diriku dan kamu yang membaca ini, jangan takut untuk lebih berani ya di masa depan. Berani dalam banyak hal, mulai dari berkenalan dan mengumpulkan jejaring, berani melakukan hal baru, dan berani mengakui kesalahan serta kekurangan diri sendiri.

Jika kita merasa bahwa tahun ini bukanlah tahun terbaik kita, gak apa-apa, syukuri apa yang telah kita lalui. Pada akhirnya, kita berhasil melewatinya juga kan, berarti apa yang harus ditakuti?

Terakhir, jika tulisan ini sampai kepadamu, percayalah bahwa tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini jika kita mau berusaha dengan hati, walaupun pada akhirnya kita akan terus bertanya,

“Emang beneran hidup sebercanda ini?”

--

--